Budaya nasional Indonesia dipengaruhi berbagai luar/asing, salah satunya budaya Cina. Dari sekian banyak budaya Cina yang mempengaruhi budaya Indonesia adalah tradisi pelepasan lampion terbang di acara-acara tertentu, salah satunya saat malam Imlek. Kebetulan perayaan Imlek di Indonesia tahun ini akan jatuh pada tanggal 8 Februari nanti.
Pasti ada makna tersendiri dalam setiap tradisi. Khusus untuk Imlek, memang selalu identik dengan pelepasan lampion terbang. Lampion terbang merupakan item budaya Cina yang menunjukkan pergantian tahun. Rasanya kurang meriah jika rumah-rumah warga Tionghoa, sudut-sudut jalan maupun kelentang tidak dihiasi dengan lampion di malam Imlek.
Menurut sejarahnya, tradisi pelepasan lampion terbang sendiri telah dimulai sejak abad ke-3 masehi di era dinasti Han. Lampion yang dipasang warga Tionghoa akan memancarkan cahaya merah dan memiliki makna tersendiri. Cahaya merah pada lampion terbang di malam Imlek menunjukkan sebuah pengharapan agar tahun yang akan datang dipenuhi dengan rezeki, keberuntungan dan juga kebahagiaan. Makna lain dari pemasangan lampion pada saat imlek adalah sebagai pengusir berbagai ancaman kejahatan yang mungkin datang.
Lampion terbang dan prajurit bernama Khung Min
Filosofi melepas lampion terbang harapan juga berasal dari sebuah kisah di zaman dulu. Kala itu ada sekelompok prajurit yang terjebak dalam situasi perang yang sulit. Mereka tidak bisa lagi menyelamatkan diri dari kepungan musuh. Lalu, salah seorang prajurit bernama Khung Min mempunyai ide menciptakan lentera terbang
Khung Min melepaskan lampion terbang dan memohon pertolongan Tuhan. Ternyata lampion terbang ini dilihat kelompok tentara lainnya. Mereka segera datang untuk membantu dan akhirnya berhasil selamat dari peperangan itu. Oleh karena itu, sampai sekarang ini orang Tionghoa percaya kalau bersungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, maka Tuhan akan membantunya.
Lampion Khong Beng
Dalam kisah lainnya, lampion terbang juga dikenal dengan nama Lampion Khong Beng. Khong Beng adalah tokoh sejarah ahli strategi perang terkenal pada zaman Sam Kok. Khong Beng dikenal juga dengan nama Zhuge Liang yang merupakan ahli strategi perang yang berkubu dengan Liu Bei dalam Kisah Perang Tiga Negara.
Khong Beng memakai lampion terbang untuk mengirimkan pesan tertulis kepada bala tentaranya ketika Ia terkepung dalam peperangan. Versi lain mengatakan nama Khong Beng dipakai sebagai nama lampion bukan karena strategi militernya, tapi karena bentuk lampion yang mirip dengan topi yang biasa dipakai Khong Beng.
Kini, ada banyak ragam lampion terbang dengan berbagai bentuk dan desainnya. Warga Tionghoa ada juga yang membuat lampion sendiri. Mereka lalu menuliskan harapan mereka dalam lampion itu dan melepaskannya saat malam Imlek. Tradisi ini kini menjadi daya tarik sendiri yang menarik minat wisatawan mancanegara maupun domestik. (*)
Komentar
Posting Komentar